PendidikanSosial/Budaya

DARI MAROS KE TULUNGAGUNG: STAI DDI SUARAKAN PENTINGNYA MENJAGA BAHASA DAERAH DI RUANG PUBLIK Tulungagung

Abdul Rahman, S.Pd., M.Pd., dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) STAI DDI Maros, tampil sebagai narasumber utama dalam Seminar Nasional bertema “Bahasa Daerah di Ruang Publik Kabupaten Maros dan Ancaman Kepunahannya” yang digelar di Aula Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD), Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah (UIN SATU) Tulungagung, pada Selasa, 1 Juli 2025.

Seminar dibuka secara resmi oleh Dekan FUAD UIN SATU, Prof. Dr. H. Akhmad Rizqon Khamami, Lc., M.A., dan dihadiri oleh jajaran dosen serta ratusan mahasiswa dari Fakultas Dakwah, Adab, dan Komunikasi. Rombongan STAI DDI Maros yang terdiri atas 22 mahasiswa lintas program studi (PAI, PGMI, dan HKI), serta sejumlah dosen pendamping, turut serta dalam kegiatan ini sebagai peserta aktif, memperkaya diskusi dengan perspektif khas dari Sulawesi Selatan.

Dalam pemaparannya, Abdul Rahman menyoroti penurunan penggunaan bahasa daerah di ruang publik Kabupaten Maros, yang kian terdesak oleh dominasi bahasa nasional dan global. Ia mengungkapkan data lapangan yang menunjukkan minimnya pemanfaatan aksara Lontara dalam papan nama, baliho, serta media informasi publik lainnya di Maros. Menurutnya, kondisi ini menjadi indikator awal dari potensi kepunahan bahasa daerah jika tidak segera ditangani secara serius.
Namun demikian, Rahman juga mengapresiasi sejumlah inisiatif pemerintah daerah yang mulai menunjukkan arah revitalisasi bahasa lokal, seperti pelaksanaan lomba literasi Lontara, pelibatan tokoh adat dan dai dalam kampanye pelestarian, serta pemanfaatan aksara Lontara di beberapa fasilitas publik seperti Kantor Camat Lau, Museum Daerah, petunjuk jalan protokol, kawasan wisata Leang-Leang, gerbang kota Turikale, Baruga Batas Desa Majannang, Bola Soba, hingga kompleks makam Puang Ramma di Tambua. “Upaya-upaya ini merupakan modal penting yang perlu diperkuat melalui sinergi berkelanjutan antara pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat,” tegasnya.

Diskusi interaktif yang mengikuti sesi pemaparan mengerucut pada urgensi membangun kolaborasi antar-kampus dan menyusun program pengabdian masyarakat yang berkelanjutan guna menjaga keberlangsungan bahasa daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya lokal.
Sebagai penutup, seminar nasional ini menghasilkan komitmen bersama yang ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara FUAD UIN SATU Tulungagung dan STAI DDI Maros. Kesepakatan ini mencakup kerja sama dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sebagai bagian dari implementasi tridarma perguruan tinggi. Kerja sama ini diharapkan menjadi langkah awal konkret dalam membangun gerakan bersama untuk pelestarian bahasa dan aksara daerah di berbagai wilayah Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *